Mengenal Sejarah Dapur Arang di Berakit




Tanjungberakit Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan tidak hanya dibangun pelabuhan feri internasional untuk keberangkatan luar negeri. Di Desa Tanjungberakit juga tersedia daerah wisata kebudayaan sejarah dapur arang.
Mungkin banyak yang belum tahu dengan nama objek wisata kebudayaan dapur arang di Desa Tanjungberakit. Dapur arang itu merupakan tunggu berukuran besar yang digunakan untuk membuat arang dari bahan kayu bakau, puluhan tahun lalu. Namun, dapur arang itu tidak digunakan masyarakat Suku Laut yang berada di pesisir tersebut, karena pemerintah melarang penebangan hutan mangrove.
Ukuran dapur arang di Desa Tanjungberakit memiliki ketinggian sekitar 7 meter. Diameter 3 tungku pembakaran arang dari kayu bakau itu, masing-masing mencapai 25 meter dengan bentuk cembung.
Masing-masing dapur arang terbuat dari bahan tanah dan bata masa dulu. Karena tidak digunakan sebagai tungku pembakar arang kayu bakau, dapur arang itu dipugar Pemkab Bintan sejak tahun 2010 lalu. Kini, dapur arang yang telah dipugar itu menjadi objek wisata untuk mengenal sejarah bagaimana proses pembuatan arang kayu bakau.
Objek wisata yang satu ini tak kalah menarik dengan kawasan wisata lainnya. Dapur arang, Desa Panglong di Tanjungberakit, Kecamatan Teluk Sebong menjadi destinasi bagi turis asing dan wisatawan lokal. Baru-baru ini Tanjungpinang Pos mengunjungi aktivitas kawasan wisata dapur arang. Tradisi masyarakat tempatan, masih menggunakan bahasa Melayu. Pemandangan rumah penduduk yang terbuat di bibir pantai menambah keindahan suasana. Tidak jauh dari rumah warga yang berasal dari Suku Laut itu terlihat pelabuhan feri internasional Tanjung Berakit.
Siapapun yang berkunjung ke kawasan dapur arang ini, mata setiap pengunjung langsung di hadapkan dengan dua bangunan besar yang menutupi dapur arang berbentuk piramida. Itulah tempat mengolah arang. Gundukan pasir berwarna oranye dapur arang tersebut masih tahan, karena dibuat dengan tangan manusia masa dulu dari bahan tanah liat. Setelah dibakar belasan tahun, bangunan tersebut memiliki ketahanan yang tidak perlu diragukan.
Tokoh masyarakat setempat, Abdul Jamal menyampaikan, awalnya dapur arang tersebut digunakan masyarakat setempat untuk mencari rezeki. Kebanyakan yang bekerja di dapur arang ini adalah wanita yang sudah berumah tangga. Namun, sudah belasan tahun aktivitas dapur arang tidak lagi berfungsi karena tidak dibenarkan membakar kayu bakau menjadi arang. Pemerintah Bintan mengambil alih untuk pengelolaan kawasan Dapur Arang menjadi kawasan ekowisata.
Kawasan dapur arang sudah jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Pemkab Bintan memberikan bantuan untuk pengembangan wisata dapur arang sekaligus merenovasi puluhan rumah warga Suku Laut. Pemerintah terus menekankan agar masyarakat di sekitar dapur arang dan pengunjung selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Dua bukit yang berbentuk mirip seperti piramida tersebut sudah menggunakan atap yang sengaja di buat Pemda bersama masyarakat setempat. Begitu juga kawasannya jauh lebih bersih dan tertata rapi, sehingga membuat siapapun yang berkunjung ke kawasan ini merasa nyaman dan tenang.
“Di wilayah Tanjungberakit tersedia bahan kuliner tradisional yang cukup banyak. Apalagi jenis makanan laut seperti kerang bulu, ikan dan lokan masih banyak ditemukan di daerah Tanjungberakit itu,” ujar Ansar Ahmad, Bupati Bintan belum lama ini.(Sekarang Mantan Bupati Red) (suhardi/yendi)

Sumber : Tanjungpinang Pos

Komentar

Postingan populer dari blog ini