Kuliah Ke Singapura

Fransiscus Xaverius Tintin yang akrab dipanggil Tintin

Desa Panglong yang ada di ujung Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau merupakan tempat tinggal bagi warga suku laut. Disini terdapat salah satu keluarga yang mengaku sudah lama hidup di daratan . Kepala keluarga dan juga tokoh warga keturunan suku laut yang sudah tinggal di darat kurang lebih selama 50 tahun ini bernama Bone Pasius atau biasa disapa warga setempat dengan sebutan pak Boncet. Pak Boncet juga di percaya oleh masyarakat bisa mengobati orang sakit, namun yang anehnya setiap kali orang yang datang berobat dan memberinya uang dia tidak mau menerimanya dia hanya mau di bayar dengan asam garam ( asam, garam  dan paku 1 biji ).
Pak Boncet dan istrinya yang bernama Veronika Sagna ini memiliki 6 orang anak yaitu seorang anak perempuan dan 5 orang anak laki-laki. Pak Boncet mengaku dari ke enam anaknya ini hanya ada 1 anaknya yang memiliki perbedaan dan pemikiran yang cukup jauh dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Apalagi dengan saudara keturunan suku laut lainnya yang ada di Desa Berakit Kampung Panglong.
Anak Pak Boncet ini bernama tintin. Tintin yang memiliki nama lengkap Fransiscus xaverius tintin ini merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Tintin juga merupakan satu-satunya anak keturunan suku laut yang berhasil menamatkan sekolahnya hingga SMA. Tintin yang baru saja menyelesaikan sekolah SMAnya pada tahun ini, ia mengaku sudah mendapatkan tawaran untuk kuliah di Negeri Tetangga yaitu Singapura.
“Saya sudah mendaftar kuliah di Singapura dan saya hanya tinggal menunggu panggilan untuk tes saja. Mungkin sekitar bulan 7 nanti saya akan berangkat ke Singapura untuk mengikuti tes,” ujar Tintin. Tintin  mendapatkan  tawaran untuk kuliah di Singapura ini dari seorang turis yang datang berkunjung ke Desa Panglong. Sebab, turis tersebut merasa tertarik dengan kelihaian tintin dan kefasihan tintin dalam berbahasa inggris.
Pak Boncet juga bercerita bahwa Tintin juga pernah mendapatkan tawaran untuk bekerja di sebuah restoran yang ada di Batam dengan gaji 3juta perbulan. Namun, Pak Boncet tidak mengizinkannya karna dia ingin anaknya kuliah dulu.
“Dia sebetulnye kuliah dah tak ndak kan karne dapat tawaran kerje di Batam, gaji lumayan. Tapi bapak pikir-pikir ya kalau bisa carilah ilmu lebih tinggi lagi kan gitu, gitulah harapan bapak. Kalau ikut die dah tak ndak karne dapat gaji besarkan, 3juta sebulan kan, karne die bise bahase inggris jadi die ditawar untuk ngelayan bule,” ujar Pak Boncet.
Pak Boncet memang merasa sangat bangga dengan anaknya Tintin ini. Dia juga berharap Tintin ini kelak bisa mengubah pemikiran anak-anak suku laut yang ada di Desa Panglong. Sebab, banyak sekali anak suku laut yang sekolah dan putus di tengah jalan karena kurangnya minat mereka terhadap sekolah dan juga pemikiran mereka yang belum maju.

Semoga harapan dan mimpi Pak Boncet untuk memajukan kehidupan saudara-saudara suku lautnya yang ada di Desa Panglong ini melalui anaknya Tintin bisa tercapai.

Sumber : http://desapri.blogspot.co.id/2013_05_01_archive.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Sejarah Dapur Arang di Berakit